Beberapa waktu yang lalu Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan 2 hal penting terkait dengan perekonomian Indonesi. Dua hal tersebut adalah angka kemiskinan yang menurun dan defisit neraca perdagangan yang mencapai mencapai rekor baru.
Top, Angka Kemiskinan Turun dan Defisit Naraca Mencapai Rekor
Berdasarkan laporan tersebut, prosentase penduduk miskin turun dari 10.12% September 2017 menjadi 9.66% September 2018. Tentu indikator ini adalah suatu hal yang positif dan sangat membanggakan bagi kehitupan bangsa ini. Adanya conditional cash transfer seperti PKH yang dinaikkan berkontribusi positif pada penurunan kemiskinan ini.
Angka kemisikinan bisa diturunkan dengan upaya-upaya optimalisasi bantuan sosial seperti cash transfer, PKH, cash for work (padat karya tunai) yang berdampak langsung ke masyarakat. Karena itu peningkatan alokasi anggaran bantuan sosial di APBN 2019 adalah langkah tepat.
Adanya penurunan angka kemiskinan ini tentu patut diapresiasi sebagai karya agung pemerintah saat ini. Walau demikian, tingkat kemiskinan masih sangat rentan terhadap harga pangan, yang berimplikasi jika harga pangan, terutama beras, naik maka jumlah orang miskin akan meningkat. Artinya tdk boleh ada ruang untuk kesalahan dalam kebijakan beras.
Selain itu, ditengah berita positif itu ada hal yang perlu menjadi perhatian kita yaitu defisit neraca perdagangan yang paling besar sejak tahun 1975. Data BPS terbaru menunjukkan bahwa defisit neraca perdagangan yang mencapai $1.1 milyar dollar. Sehingga defisit perdagangan tahun 2018 mencapai $8.57 miliar. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah bagaimana memimimalisasi angka defisit perdagangan ini sehingga bisa menguntungkan negara dan bisa memakmurkan rakyat.
-
Sebelumnya
Tidak ditemukan Berita Sebelumnya!!!
-
Selanjutnya
Rupiah Tiba Tiba Perkasa dan
Form Komentar